Sebenarnya aku belum pernah bertemu dia, bertatap langsung, belum pernah.
tapi rasanya puisi puisi yang ia buat sangat kuat membekas di pikiran ku. coba saja kalian baca ini
Alfa adalah Omega
Semua kisah yang layu dimakan putaran jarum jam bermuara di sudut mata dalam bentuk buliran air
Buliran air yang kemudian terserap tanah lembab berbau mineral tempat mayat-mayat bersarang
Dan semua kisah akan kembali ke tubuh-tubuh hilang nyawa dengan media tanah, menyatu dengan tanahKehidupan.
Bermula dan berakhir di tanah. Dimulai dan diakhiri oleh Tuhan.
Pergi , Sendiri
Kalau kau dengan mereka,
lantas aku dengan siapa?
Sendiri?
Dari lahir aku sudah sendiri
Apa harus aku sendiri lagi hari ini?
Sekali saja, temani aku
Di sini terlalu lembab
Kakiku kedinginan
Cacing cacing ini tak mau diam
Pengap, sempit
Kenapa tidak dibakar saja?
Menderitanya dipendam di tanah begini
Kau benar benar tidak ingin menemaniku?
yang ini
Perjalanan Daun Daun Kecil
Daun daun kecil yang terjatuh
Berusaha kembali menggapai ranting
Singgasana tempatnya bermegahan
Angin punya cerita lain
Daun daun kecil terhembus
Terdampar di pekarangan basah
Tanah becek, bekas hujan
Mereka bergeming sekian waktu
Menikmati kehancuran mimpi
Menikmati kegagalan merekaUntuk menjadi daun lebar yang melindungi
Hingga tanpa sadar, tanah mengering
Rupanya matahari telah naik
Lalu datang anjing tuaMengambil ancang-ancang, di atasnya
Di atas daun daun kecilHingga mereka basah lagi, kuyup
Terlebih aromanya yang tidak mengenakan
Semakin malang nasib daun daun kecil
Namun sejatinya daun
,Mereka tidak tahu caranya menangis
Daun daun kecil pun hanya bergeming sunyi
Untuk Bapak
Matamu yang nanar
Oh, berapa banyak mimpi yang menjatuhkanmu?
Terlihat begitu banyak
Tergores di kerut dahimu
Terukir di garis tanganmu
Ya, aku pengecut yang terlambat datang
Bukan juga aku pahlawan kesiangan
Bahkan aku tak jadi pahlawan
Kau tahu ituTidak untukmu
Kali ini kau boleh mencaciku
Ayo bangun dan hantam tubuhku
Bangun dan kalahkan aku!
Aku lebih suka kau terlihat hidup,walau hatimu seperti mati dan membatu
atau yang ini
Dalam Mimpi
Kita sedang tertidur panjang
Di kekekalan hidup
Kita tidak lupa untuk bermimpi
Pesta dalam mimpi
Korupsi dalam mimpi
Cinta dalam mimpi
Menangis dalam mimpi
Jatuh dalam mimpi
Mati dalam mimpi
Tamat cerita
Kembali kita pada keabadian
Bangun dari tidur panjang
Diadili karena mimpi
Perkara Matematika
Aku tidak menyalahkan Taufik Ismail
Tidak juga Sapardi Djoko Damono
Bukan salah sastrawan manapun, siapapun
Tinta merah yang tergores
Karena matematika memang tak pernah mengakrabkan diri padaku
Terlalu angkuh
Beda dengan puisi
Menyihir secara perlahan
Membuatku rela berbagi waktu
Untuk mengawan dan berkhayal
Untuk susunan kata dan kesenangan
Meninggalkan rumus
Meninggalkan trigonometri, logaritma, limit, integral
Ah apalah itu
Aku tak pernah benar peduli
Ini adanya pengakuanku
Aku harap ibu berhenti mengumpatku
Aku harap ayah berhenti mengasariku
Karena ini aku
Dan pilihanku
Sajak -isme
Hedonis. Komunis. Imperialis. Demokratis.
Kapitalis. Marxis. Sosialis. Pluralis. Egois.
Rasialis. Chauvinis. Nasionalis. Anarkis.
Sekuleris. Patriotis. Teroris. Individualis.
Apatis. Primordialis. Etnosentris. Separatis.
Begitu banyak –is, -is, -is
Muncul sebagai bentuk nyata
Dari –isme, -isme, -isme
Masa kini, kota serba multi
Tanpa menyandangnya
Hilang rasa khas dalam pribadi
(Mudah dilupa)
Pilih labelmu masing-masing
Atau label itu akan datang dengan sendirinya
mungkin bagimu ini biasa
namun bagiku ratusan puisi puisi alvina luar biasa untuk penulis kelahiran sembilan tiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar