Sabtu, 04 April 2015

#1

Hari ini, disuruh beli pempek deket rumah. Sambil nunggu pempek digoreng, saya ngobrol sama nenek nenek penjual duku dan manggis. Pakaiannya bisa dibilang kumel. Rambutnya diiket ngasal. Ngga lupa 2 karet gelang adalah asesorisnya hari ini, ya seperti hari hari biasanya. Ditengah cuthatnya tentang biaya sewa lapak yang mahal, dia bilang 500ribu perbulan dan kelapangan hatiny menerima hidupnya yang berat, datang seorang pengemis yang emang biasa lewat di sekitaran pasar minggu. Tergopoh saya keluarin uang 2ribuan buat si pengemis.

Saya kira ini hal biasa yang akan terjadi. Tapi menjadi tidak saat saya lihat ibu penjual manggis itu , yang dari tadi ngobrol ama saya malah ngeluarin uang 5000 rupiah. Yak 5000 rupiah dari dompet lusuh nya, 5000 lebih dari duakali nilai dr yang saya beri.

"Kasian dia" kata si ibu merespon si pengemis pada saya.

Saya hanya bisa diam..
Ya apalagi kalo bukan karena perasaan sedih campur malu. Malu lebih dominan. Mungkin saya bisa menduga bahwa isi dompet saya lebih banyak dr si ibu. Tapi si ibu memiliki belas hati yang jauh lebih besar dari saya.

Saya jadi ingat hadits ini

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang”.

Rasanya memang ngga pantas kalau kita berbangga sama hal hal bersifat materi. Di mata Allah si ibu lebih mulia ketimbang saya. Mungkin juga si pengemis tadi.

Berhenti menilai nilai seseorang dari materi karena isi hati adalah nilai yang paling hakiki ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar