Jumat, 19 November 2010

Kumpulan Puisi Alvina Wahab

Sebenarnya aku belum pernah bertemu dia, bertatap langsung, belum pernah.

tapi rasanya puisi puisi yang ia buat sangat kuat membekas di pikiran ku. coba saja kalian baca ini




Alfa adalah Omega


Semua kisah yang layu dimakan putaran jarum jam bermuara di sudut mata dalam bentuk buliran air

Buliran air yang kemudian terserap tanah lembab berbau mineral tempat mayat-mayat bersarang

Dan semua kisah akan kembali ke tubuh-tubuh hilang nyawa dengan media tanah, menyatu dengan tanahKehidupan.


Bermula dan berakhir di tanah. Dimulai dan diakhiri oleh Tuhan.




Pergi , Sendiri


Kalau kau dengan mereka,

lantas aku dengan siapa?

Sendiri?

Dari lahir aku sudah sendiri

Apa harus aku sendiri lagi hari ini?

Sekali saja, temani aku

Di sini terlalu lembab

Kakiku kedinginan

Cacing cacing ini tak mau diam

Pengap, sempit

Kenapa tidak dibakar saja?

Menderitanya dipendam di tanah begini

Kau benar benar tidak ingin menemaniku?



yang ini


Perjalanan Daun Daun Kecil


Daun daun kecil yang terjatuh

Berusaha kembali menggapai ranting

Singgasana tempatnya bermegahan


Angin punya cerita lain

Daun daun kecil terhembus

Terdampar di pekarangan basah

Tanah becek, bekas hujan

Mereka bergeming sekian waktu

Menikmati kehancuran mimpi

Menikmati kegagalan merekaUntuk menjadi daun lebar yang melindungi


Hingga tanpa sadar, tanah mengering

Rupanya matahari telah naik

Lalu datang anjing tuaMengambil ancang-ancang, di atasnya

Di atas daun daun kecilHingga mereka basah lagi, kuyup

Terlebih aromanya yang tidak mengenakan


Semakin malang nasib daun daun kecil

Namun sejatinya daun

,Mereka tidak tahu caranya menangis

Daun daun kecil pun hanya bergeming sunyi




Untuk Bapak


Matamu yang nanar

Oh, berapa banyak mimpi yang menjatuhkanmu?

Terlihat begitu banyak

Tergores di kerut dahimu

Terukir di garis tanganmu

Ya, aku pengecut yang terlambat datang

Bukan juga aku pahlawan kesiangan

Bahkan aku tak jadi pahlawan

Kau tahu ituTidak untukmu

Kali ini kau boleh mencaciku

Ayo bangun dan hantam tubuhku

Bangun dan kalahkan aku!

Aku lebih suka kau terlihat hidup,walau hatimu seperti mati dan membatu


atau yang ini




Dalam Mimpi


Kita sedang tertidur panjang

Di kekekalan hidup

Kita tidak lupa untuk bermimpi

Pesta dalam mimpi

Korupsi dalam mimpi

Cinta dalam mimpi

Menangis dalam mimpi

Jatuh dalam mimpi

Mati dalam mimpi

Tamat cerita

Kembali kita pada keabadian

Bangun dari tidur panjang

Diadili karena mimpi





Perkara Matematika


Aku tidak menyalahkan Taufik Ismail

Tidak juga Sapardi Djoko Damono

Bukan salah sastrawan manapun, siapapun

Tinta merah yang tergores

Karena matematika memang tak pernah mengakrabkan diri padaku

Terlalu angkuh

Beda dengan puisi

Menyihir secara perlahan

Membuatku rela berbagi waktu

Untuk mengawan dan berkhayal

Untuk susunan kata dan kesenangan

Meninggalkan rumus

Meninggalkan trigonometri, logaritma, limit, integral

Ah apalah itu

Aku tak pernah benar peduli

Ini adanya pengakuanku

Aku harap ibu berhenti mengumpatku

Aku harap ayah berhenti mengasariku

Karena ini aku

Dan pilihanku





Sajak -isme


Hedonis. Komunis. Imperialis. Demokratis.

Kapitalis. Marxis. Sosialis. Pluralis. Egois.

Rasialis. Chauvinis. Nasionalis. Anarkis.

Sekuleris. Patriotis. Teroris. Individualis.

Apatis. Primordialis. Etnosentris. Separatis.

Begitu banyak –is, -is, -is

Muncul sebagai bentuk nyata

Dari –isme, -isme, -isme

Masa kini, kota serba multi

Tanpa menyandangnya

Hilang rasa khas dalam pribadi

(Mudah dilupa)

Pilih labelmu masing-masing

Atau label itu akan datang dengan sendirinya




mungkin bagimu ini biasa

namun bagiku ratusan puisi puisi alvina luar biasa untuk penulis kelahiran sembilan tiga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar