http://regional.kompas.com/read/2011/04/12/11545239/Kami.Rendah.Diri.dengan.Daerah.Kami.
berita tersebut, merupakan penjabaran kalkulasi dana yang diidikasi merupakan penyebab kemiskinan di provinsi tersebut.
teman saya itu, memberi komentar seperti ini
"tamparan keras untuk daerah yang terburu-buru menerapkan syariah tanpa bisa memahami apa inti syariah"
membaca itu, saya pun turut ambil komentar
berikut petikannya :
saya : " wah, tanah kelahiran gw nih..gw rasa , kesalahan bukan terletak pada penarapan syariahnya. melainkan mental manusianya sendiri..jadi, gw rasa, caption lo ttg artikel ini agak kurang tepat "
Mr. x ( temannya teman saya ) : "idem sama Luluq, ini masalahnya mismanajemen, bukan penerapan syariahnya. ga ada hubungannya"
teman saya : " saya gak bilang sistem syariah yang salah. tapi cara memahami yang masih sempit. bukan sebatas polisi syariah nangkepin orang pake celana pendek, algojo cambuk, maksa hijab dll. syariah tidak sedangkal itu. syariah sistem yang terintegrasi bertujuan utama demi kemakmuran umat. ketika umat tidak makmur dan malah tekor, ya artinya gagal menerapkan sistem syariah. sekalipun 100% masyarakatnya sudah berjilbab dan khatam quran. masih tidak makmur ya gagal. :)
bukti disini, bangkrut krut krut. mereka lebih tertarik berburu orang-orang yg memakai celana pendek dan tidak berhijab daripada memikirkan gimana caranya perut umat kenyang sekolah aman.
saya : " 100% gw setuju ama pendapat lo def. tapi kalo pemikiran lo dibalik 180 derajat,menjadi pemikiran gw, bakal jd begini. di Indonesia,dari 33 provinsi, cuma 1 provinsi yang menerapkan hukum syariah. dan 32 provinsi sisanya jauh dari hukum formal islam. lantas, apa mereka makmur ? kenyataannya, nggak satupun provinsi di negara kitta berpredikat makmur, bertaraf pendidikan standar, bebas korupsi. nggak satu pun.
lo bakal menunggu dulu sampai makmur, bebas korupsi, baru menerapkan hukum syariah ? lucu pastinya. alasan seperti itu ngga jauh beda dengan alasan kebanyakan wanita yang ketika disuruh berjilbab, menjawab " aduh, saya shalatnya belum 5 kali sehari, aduh saya belum ikhlas, aduh saya belum dapat panggilan " kalau begitu caranya , mau nunggu meninggal dulu baru berjilbab ? sebenrnya tidak ada alasan, karena itu adalah kewajiban.
sekalian saja, " adduh, saya belum islam dulu deh, karena saya belum bisa meneladani rasul "
kalau sedikit kita sisipkan optimisme, liat negara2 maju seperti malaysia dan iran, kebetulan banyak sanak famili disana, jadi bisa denger kabar langsung dari sana bahwa disana, setiap ibu2 melahirkan, mereka bisa ongkang2 kaki karena pendidikan anaknya terjamin oleh negara. yang pinter pasti dapet beasiswa dan yang ngga pinter bisa ngutang sama pemerintah untuk biaya kuliah. sistem apa yang mereka anut ? hukum islam. kenapa ngga bercermin ke sana. masih mau menunggu perfect dulu baru mau menrapkan ? non sense. sebenarnya siap yang terlalu terburu buru menyimpulkan ?
amerika? mengakui negara mereka sekuler. dan apa ? 3000 pendduk asli mereka tunawisma ( pernah nonton di national geographic) dan berita yg begini yang jarang nongol di media.
gimana dengan papua, pastinya kondisinya lebih mengerikan dari aceh, mereka malah dijajah sama negara lain.
pernyataan bahwa kemajemukan SARA tidak tepat diterapkan hukum islam, mungkin compatible ke negara islam. kalau skala provinsi, aceh tepat, karena mereka 99 % penduduknya islam.kalau papua ngga bisa menerapkan hukum islam karena islam disana hanya segelintir.
malah, kalau mau berfikir lebih jernih lagi, dapat kita tarik filosofi lebih dalam. pernytaan2 diatas menjadi " ooh, saya berjilbab, maka saya tidak bleh bergosip, tidak boleh tidak shalat " .ata " ooh saya muslim, malu kalau ternyata saya sukanya nonton bokep, malu kalau saya masih korupsi "...kalimat2 motivasi ini bisa saja membawa pemerintah aceh berkata " ooh kita provinsi islam, malu kalau penduduknya masih miskin, malu kalau pendidikan masih rendah,"
bukan malah kita murtad dengan kenyataan bahwa kita belum sempurna ? perbaikan itu proses, bukan hasil, dan tuhan tidak melihat hasil, melainkan proses.
lantas bukankah seharusnya kita mendukung keputusan provinsi aceh menerapkan hukum islam, sambil tetap menggenjot perbaikan di segala lini pemerintahan tentunya :)
bukan malah kita murtad dengan kenyataan bahwa kita belum sempurna ? perbaikan itu proses, bukan hasil, dan tuhan tidak melihat hasil, melainkan proses.
lantas bukankah seharusnya kita mendukung keputusan provinsi aceh menerapkan hukum islam, sambil tetap menggenjot perbaikan di segala lini pemerintahan tentunya :)
teman saya belum membalas komentar terakhir saya, nanti kalau sudah, akan segera saya tambahkan ke srtikel ini.
tidak ada maksud apa - apa dengan sistem penulisan saya yang copy-paste ini. ini hanya ide saya menulis dengan cepat tanpa harus mengetik ulang.hasilnya tidak perlu capek2 saya menyampaikan opini ttg hukum islam di aceh.. semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar