Rabu, 29 April 2015

Hablum minannas




Tak semua kalian adalah aku.

Kadang aku merasa sama denganmu

Aku adalah kamu
Dan kamu adalah aku

Tapi kadang juga aku bukan kamu.
Dan kamu bukan aku.

Kau suka aku begini,
aku suka kau begitu

Tapi kadang kamu tak suka aku begini.
Aku juga sesekali tak mau kau begitu.

Semua akan indah kau tenang saja,
Selama kita sama sama tau,


kapan harus begini kapan harus begitu.

Jumat, 24 April 2015

A new concern



I'm thinking about a new power. A smaller power but stronger and faster. A power that empowers.

Sabtu, 04 April 2015

#2

Yang saya tangkap, dunia internasional semakin lama semakin seperti memusuhi kita. Liat aja apa yang terjadi di airport soekarno hatta dan BNPT akhir2 ini. Semua terasa janggal dan lebai.Dicurigai, diinterogasi, dibatasi, diskriminasi, dan sisisisi lainnya. Semua karena kita dianggap aneh.

Tenang, kan dulu, seribu empat ratus tahun yang lalu, Baginda Rasulullah saw pernah bicara begini

"Islam muncul dalam keadaan asing, dan Ia kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu." (HR. Muslim no. 208)

Nah, jadi mgga usah panik. Wong ini udah diprediksi kok sama rasulullah. Mereka hanya belum melihat islam dari perspektif islam. Belum sadar bahwa islam adalah rahmatan lil alamin. Siapa yang akan membuktikan ini? Ya siapa lagi kalau bukan kita sendiri. Jadi, semangat terus perbaiki diri, jadi muslim seutuhnya, jangan cuma di ktp 

Ya ngetik dan ngomongg begini kayak saya emang gampang. Prakterknya yg suzzzzah...semangaat...sabar...insyaAllah tercapai :D

#1

Hari ini, disuruh beli pempek deket rumah. Sambil nunggu pempek digoreng, saya ngobrol sama nenek nenek penjual duku dan manggis. Pakaiannya bisa dibilang kumel. Rambutnya diiket ngasal. Ngga lupa 2 karet gelang adalah asesorisnya hari ini, ya seperti hari hari biasanya. Ditengah cuthatnya tentang biaya sewa lapak yang mahal, dia bilang 500ribu perbulan dan kelapangan hatiny menerima hidupnya yang berat, datang seorang pengemis yang emang biasa lewat di sekitaran pasar minggu. Tergopoh saya keluarin uang 2ribuan buat si pengemis.

Saya kira ini hal biasa yang akan terjadi. Tapi menjadi tidak saat saya lihat ibu penjual manggis itu , yang dari tadi ngobrol ama saya malah ngeluarin uang 5000 rupiah. Yak 5000 rupiah dari dompet lusuh nya, 5000 lebih dari duakali nilai dr yang saya beri.

"Kasian dia" kata si ibu merespon si pengemis pada saya.

Saya hanya bisa diam..
Ya apalagi kalo bukan karena perasaan sedih campur malu. Malu lebih dominan. Mungkin saya bisa menduga bahwa isi dompet saya lebih banyak dr si ibu. Tapi si ibu memiliki belas hati yang jauh lebih besar dari saya.

Saya jadi ingat hadits ini

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang”.

Rasanya memang ngga pantas kalau kita berbangga sama hal hal bersifat materi. Di mata Allah si ibu lebih mulia ketimbang saya. Mungkin juga si pengemis tadi.

Berhenti menilai nilai seseorang dari materi karena isi hati adalah nilai yang paling hakiki ...