Selasa, 23 November 2010

Norak alias Ndeso alias Katrok alias Kampungan

(diambil dari notesnya Ustadz Dr. Muhsin Labib, MA ditulis oleh Abdullah Muadz
)
Entah sudah berapa kali artikel ini saya publish. Tapi tetap perlu dibaca terutama oleh friends baru.


Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.


Lebih dari itu ia berharap agar orang lain juga mendukung terhadap langkah-langkah untuk menikmatinya terus-menerus. Hal ini biasa, seperti saya juga sering mengalami hal demikian, tetapi kita terus berupaya untuk terus belajar dari sejarah, pengalaman orang lain, serta belajar bagaimana caranya tidak jadi orang norak, kampungan alias ndeso.


Semua kampus di Jepang penuh dengan sepeda, tak terkecuali dekan atau bahkan Rektorpun ada yang naik sepeda datang ke kampus. Sementara si Pemilik perusahaan Honda tinggal di sebuah apartemen yang sederhana. Ketika beberapa pengusaha ingin memberi pinjaman kepada pemerintah Indonesia mereka menjemput pejabat Indonesia di Narita. Dari Tokyo naik kendaraan umum, sementara yang akan di jemput, pejabat Indonesia naik mobil dinas Kedutaan yaitu mercy.


Ketika saya di Australia berkesempatan melihat sebuah acara ceremoni dari jarak yang sangat dekat, dihadiri oleh pejabat setingkat menteri, saya tertarik mengamati pada mobil yang mereka pakai Merk Holden baru yang paling murah untuk ukuran Australia. Yang menarik, para pengawalnya tidak terlihat karena tidak berbeda penampilannya dengan tamu-tamu, kalau tidak jeli mengamati kita tidak tahu mana pengawalnya.


Di Sidney saya berkenalan dengan seorang pelayan restoran Thailand. Dia seorang warga Negara Malaysia keturunan cina, sudah selesai S3, sekarang lagi mengikuti program Post Doc, Dia anak serorang pengusaha yang kaya raya. Tidak mau menggunakan fasilitas orang tuanya malah jadi pelayan. Dia juga sebenarnya dapat beasiswa dari perguruan tingginya.


Satu bulan saya di jepang tidak melihat orang pakai hp komunikator, mungkin kelemahan saya mengamati. Dan setelah saya baca Koran ternyata konsumen terbesar hp komunikator adalah Indonesia. Sempat berkenalan juga dengan seorang yang berada di stasiun kereta di Jepang, ternyata dia anak seorang pejabat tinggi Negara, juga naik kereta. Yang tak kalah serunya saya juga jadi pengamat berbagai jenis sepatu yang di pakai masyarakat jepang ternyata tak bermerk, wah ini yang deso siapa yaa?


Sulit membedakan tingkat ekonomi seseorang baik di jepang atau di Australia, baik dari penampilannya, bajunya, kendaraannya, atau rumahnya. Kita baru bisa menebak kekayaan seseorang kalau sudah tahu pekerjaan dan jabatanya di perusahaan. Jangan-jangan orang jepang diajak ke Pondok Indah bisa Pingsan melihat rumah segitu gede dan mewahnya. Rata-rata rumah disana memiliki tinggi plafon yang bisa dijambak dengan tangan hanya dengan melompat. Sehingga duduknyapun banyak yang lesehan.


Sampai akhir hayatnya Rasulullah tidak membuat istana Negara dan Benteng Pertahanan (khandaq hanyalah strategi sesaat, untuk perang ahzab saja), padahal Rasulullah sudah sangat mengenal kemawahan istana raja-raja Negara sekelilingnya, karena Beliau punya pengalaman berdagang. Ternyata Beliau tidak menjadi silau terus ikut-ikutan latah ingin seperti orang-orang. Lalu dimana aktivitas kenegaraan dilakukan? Mengingat beliau sebagai kepala Negara. Jawabannya ya di masjid.

Beliau punya banyak jalan yang legal untuk bisa membangun istana. Di mekkah nikah dengan janda kaya, di madinah jadi kepala Negara, punya hak prerogative dalam mengatur harta rampasan perang, dan ada jatah dari Allah untuk dipergunakan sekehendak beliau, belum hadiah dari raja-raja. Tetapi mengapa beliau sering kelaparan, ganjal perut dengan batu, puasa sunnah niatnya siang hari, shalat sambil duduk menahan perih perut dan seterusnya.


Ketika Indonesia sedang terpuruk, Hutang lagi numpuk, rakyat banyak yang mulai ngamuk, Negara sedang kere, banyak yang antri beras, minyak tanah, minyak goreng dll. Maka harga diri kita tidak bisa diangkat dengan medali emas turnamen olah raga, sewa pemain asing, banyak ceremonial yang gonta-ganti baju seragam, baju dinas, merek mobil, proyek mercusuar, dll, dsb, dst.


Bangsa ini akan naik harga dirinya kalo utang sudah lunas, kelaparan tidak ada lagi, tidak ada pengamen dan pengemis, tidak ada lagi wanita tidak solat (WTS, in Malay, ”Wanita Tak Senonoh”) , angka criminal rendah, korupsi berkurang, punya posisi tawar terhadap kekuatan global. Maka orang Deso (alias norak) tidak mampu mengatasi krisis karena tidak bisa menjadikan krisis sebagai paradigma dalam menyusun APBD dan APBN. Nah karena yang menyusun orang-orang norak maka asumsi dan paradigma yang dipakai adalah Negara normal atau bahkan mengikut Negara maju. Bayangkan ada daerah yang menganggarkan Sepak Bola 17 Milyar sementara anggaran kesranya 100 juta,wiiieh!


Akhirnya penyakit norak ini menjadi wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah:

-Orang bisa antri raskin sambil pegang hp
-Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok
-Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untk beli tv dan kulkas
-Orang bule mabuk kelebihan uang, Orang kampung mabok patungan
Lagi mabok muntah keluar kangkung, genjer, toge
-Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala
-Para Pengungsi bisa berjoged dalam tendanya
-Orang mo beli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah
-Ijzah S3 luar negeri bisa dibeli di sebuah rumah petakan gang sempit di cibubur
-Kelihatannya orang sibuk ternyata masih intensive keluar masuk Mc Donald
-Kelihatannnya orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan. Jadi masih sempat ngurusin kulit bulat diisi angin
-Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin hp
-62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja
-Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara tembang kenangan.
-Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor
-Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar
-Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan
-Agar kelihatan inklusif maka harus bisa menggandeng siapa saja, kalo perlu jin tomang bisa digandeng.


Yang lebih mengerikan adalah supaya kita tidak terlihat kere, maka harus bisa tampil keren. Makin kiamatlah kalo si kere tidak tahu dirinya kere. (Abdulllah Muadz)


Jumat, 19 November 2010

Kumpulan Puisi Alvina Wahab

Sebenarnya aku belum pernah bertemu dia, bertatap langsung, belum pernah.

tapi rasanya puisi puisi yang ia buat sangat kuat membekas di pikiran ku. coba saja kalian baca ini




Alfa adalah Omega


Semua kisah yang layu dimakan putaran jarum jam bermuara di sudut mata dalam bentuk buliran air

Buliran air yang kemudian terserap tanah lembab berbau mineral tempat mayat-mayat bersarang

Dan semua kisah akan kembali ke tubuh-tubuh hilang nyawa dengan media tanah, menyatu dengan tanahKehidupan.


Bermula dan berakhir di tanah. Dimulai dan diakhiri oleh Tuhan.




Pergi , Sendiri


Kalau kau dengan mereka,

lantas aku dengan siapa?

Sendiri?

Dari lahir aku sudah sendiri

Apa harus aku sendiri lagi hari ini?

Sekali saja, temani aku

Di sini terlalu lembab

Kakiku kedinginan

Cacing cacing ini tak mau diam

Pengap, sempit

Kenapa tidak dibakar saja?

Menderitanya dipendam di tanah begini

Kau benar benar tidak ingin menemaniku?



yang ini


Perjalanan Daun Daun Kecil


Daun daun kecil yang terjatuh

Berusaha kembali menggapai ranting

Singgasana tempatnya bermegahan


Angin punya cerita lain

Daun daun kecil terhembus

Terdampar di pekarangan basah

Tanah becek, bekas hujan

Mereka bergeming sekian waktu

Menikmati kehancuran mimpi

Menikmati kegagalan merekaUntuk menjadi daun lebar yang melindungi


Hingga tanpa sadar, tanah mengering

Rupanya matahari telah naik

Lalu datang anjing tuaMengambil ancang-ancang, di atasnya

Di atas daun daun kecilHingga mereka basah lagi, kuyup

Terlebih aromanya yang tidak mengenakan


Semakin malang nasib daun daun kecil

Namun sejatinya daun

,Mereka tidak tahu caranya menangis

Daun daun kecil pun hanya bergeming sunyi




Untuk Bapak


Matamu yang nanar

Oh, berapa banyak mimpi yang menjatuhkanmu?

Terlihat begitu banyak

Tergores di kerut dahimu

Terukir di garis tanganmu

Ya, aku pengecut yang terlambat datang

Bukan juga aku pahlawan kesiangan

Bahkan aku tak jadi pahlawan

Kau tahu ituTidak untukmu

Kali ini kau boleh mencaciku

Ayo bangun dan hantam tubuhku

Bangun dan kalahkan aku!

Aku lebih suka kau terlihat hidup,walau hatimu seperti mati dan membatu


atau yang ini




Dalam Mimpi


Kita sedang tertidur panjang

Di kekekalan hidup

Kita tidak lupa untuk bermimpi

Pesta dalam mimpi

Korupsi dalam mimpi

Cinta dalam mimpi

Menangis dalam mimpi

Jatuh dalam mimpi

Mati dalam mimpi

Tamat cerita

Kembali kita pada keabadian

Bangun dari tidur panjang

Diadili karena mimpi





Perkara Matematika


Aku tidak menyalahkan Taufik Ismail

Tidak juga Sapardi Djoko Damono

Bukan salah sastrawan manapun, siapapun

Tinta merah yang tergores

Karena matematika memang tak pernah mengakrabkan diri padaku

Terlalu angkuh

Beda dengan puisi

Menyihir secara perlahan

Membuatku rela berbagi waktu

Untuk mengawan dan berkhayal

Untuk susunan kata dan kesenangan

Meninggalkan rumus

Meninggalkan trigonometri, logaritma, limit, integral

Ah apalah itu

Aku tak pernah benar peduli

Ini adanya pengakuanku

Aku harap ibu berhenti mengumpatku

Aku harap ayah berhenti mengasariku

Karena ini aku

Dan pilihanku





Sajak -isme


Hedonis. Komunis. Imperialis. Demokratis.

Kapitalis. Marxis. Sosialis. Pluralis. Egois.

Rasialis. Chauvinis. Nasionalis. Anarkis.

Sekuleris. Patriotis. Teroris. Individualis.

Apatis. Primordialis. Etnosentris. Separatis.

Begitu banyak –is, -is, -is

Muncul sebagai bentuk nyata

Dari –isme, -isme, -isme

Masa kini, kota serba multi

Tanpa menyandangnya

Hilang rasa khas dalam pribadi

(Mudah dilupa)

Pilih labelmu masing-masing

Atau label itu akan datang dengan sendirinya




mungkin bagimu ini biasa

namun bagiku ratusan puisi puisi alvina luar biasa untuk penulis kelahiran sembilan tiga.


Rabu, 17 November 2010

CHERITERA KITA & RIWAYAT HIDUP SYED HASSAN BIN SYED MUHAMMAD BARAKBAH (HAKIM MELAYU ZAMAN ALMARHUM SULTAN ABDUL HAMID )


Berikut adalah laporan dari Sharifah Fatimah Syed Zubir Baraaqbah. Penulis adalah pengamat dan seniman terkemuka yang berdomisili di Malaysia. Slama bertahun2 beliau melakukan wawancara dan studi tentang perkembangan marga baraqbah di nusantara di dan Malaysia dari berbagai sumber ( sementara beliau masih fokus di klan baraqbah saja, mungkina nanti saudara2 ku dapat mengimpun secara lengkap tulisan2 terupdate tentang perkembangan klan klan lainnya dari mahzab ahlulbait ) .

Berikut adalah laporannya :

Aku rasa hidupku tidak sempurna tanpa mengetahui asal usul keturunan ku...tidak mempunyai identiti diri...tidak tahu tentang sejarah budaya bangsa. Sejarah itu jiwa bangsa...nadi kehidupan...dan kehidupan adalah suatu pembelajaran, suatu pengetahuan dan ilmu itu adalah tiang diri. Jika sejarah hidup seseorang dirakamkan dan falsafah hidupnya dijelaskan dengan terang, maka perlulah ditulis sekarang, semasa ingatan masih segar dan catatan-catatan masih ada.

Datuk dan nenekku suka bercerita jika ditanya. Aku masih ingat semasa kecil, nenekku Sharifah Kamaliah bt Syed Osman alQadri tiap-tiap hari semasa bulan Ramadan, sebelum bersahur, akan menyuruh bapa saudaraku Syed Mahadir Barakbah membaca kisah-kisah para Nabi dan rasul dari kitab Qisasul Anbiya. Dari situ telah tersemai dihatiku betapa mustahak dan pentingnya sejarah keturunan tiap bangsa dibumi Allah ini. Sejak kecil aku suka membaca dan menyelidik bukan saja dari buku-buka yang diperolehi tetapi juga dari orang-orang yang ku temui dan juga secara intuitif...dari gerak rasa dalaman yang aku alami apabila berada disesuatu tempat atau penemuan dengan seseorang. Umpamanya, apabila aku menziarah maqam Imam Musa al Qazim diKazemeyn dekat Baghdad pada tahun 1988,perasaan sedih dan sayu tidak dapat dikawal, berlinang airmata bercucuran. Aku tidak tahu kenapa aku menanggis atau kenapa aku tidak dapat mengawal perasaan itu. Sekepulangan ku dari Baghdad aku menyelidik siapa itu Imam Musa al Qazim dan dapat menghubungkan pertalian darah dengan lelehur ku Imam Ali al-Uraidhi, adik bongsu Imam Musa. Imam Musa bin Imam Ja'afar ash Sadiq telah dikurung oleh Khalifah Harun al Rashid di pusat tahanan Sindi ibn Shahik dan beliau meninggal dunia setelah diracuni pada tahun 799M.

Apa yang terjadi di Baghdad berulang lagi apabila aku menziarahi maqam anaknda Imam Musa iaitu Sayed Ahmad di Shiraz, Iran pada tahun 2002. Kali ini aku bersedia. Aku tahu airmataku akan mengalir lagi dan aku beritahu sepupuku Sharifah Nor Akmal...kalau lihat Kak Pah menanggis jangan ambil peduli dan jangan risau kerana Kak pasti menanggis dimaqam keluarga yang wafat secara tragis....iaitu dibunuh atau diracuni. Minatku terhadap ilmu nasab keturunanku bermula dengan seriusnya sejak peristiwa di Baghdad itu, dengan membaca dan menelaah buku2 dan kertas2kerja mengenai leluhur keluarga Alawiyin. Untungnya keluarga kami ialah masih ada nasabiyah yang mencatit nasab Alawiyin yang berpusat di Jakarta dan cabangnya di Palembang, Jambi , Surabaya dan juga di Johor Baru dan Singapura. Di Indonesia keluarga Ba Alawi lebih mengambil berat tentang nasab mereka.

Pada tahun 1990 aku berkunjung ke Maktab Addaimi di Jakarta, untuk bertanya samaada keluarga Barakbah ada menetap di Jakarta dan menitip pesan supaya datang bertemu aku di hotel. Petang itu seorang anak muda berumur lebih kurang 12 tahun datang dan memperkenalkan diri sebagai Hasan bin Abdul Kadir bin Muhammad bin Abdullah bin Alwee bin Hashim bin Ali bin Hussein Barakbah. Terpegun aku seketika. Hati ku berkata...alangkah baik sekiranya anak2 saudara atau adik2 ku dapat menghafal nasab mereka 7 keturunan!...Ramai yang tidak tahu nama nenek mereka....

Semasa remaja, aku sering bertanya pada diri kenapa nenek moyang ku sering berpindah dari Madinah ke Baghdad, Madinah lagi kemudia Basra...kemudian Hadramaut, selepas itu ke Indonesia dan Malaysia. Kalau tinggal di Madinah alangkah bagus, boleh ziarah maqam Rasulullah tiap-tiap hari. 30 tahun kemudian , baru aku tahu keluargaku sering ditekan dan dianayai oleh Khalifah2 Bani Omar dan Bani Abbas.Mereka dibunuh dan diracun. Al Tabari sejarawan Arab banyak mencatat berbagai2 episod yang telah berlaku dizaman pemerintahan khalifah2 Bani Abbas. Berikut petikan dari buku Hugh Kennedy "The Court of the Caliphs", mengenai perihal kelakuan ganas khalifah al-Mansur terhadap keluarga Saidina Ali yang telah diriwayatkan oleh Al Tabari:

...a woman called Jamra, who had been Mansur's perfumer and knew some of the darker secrets of the palace, told a chilling story which could have come out of the more gruesome episodes of the Arabian Nights. Before he left on the pilgrimage to Mecca on which he died, he gave instructions of a particular sort to his daughter-in law, Rita, wife of his son and heir Mahdi, who was at that time in Iran. He gave her the keys to all his storerooms but there was one she was only to open when she was absolutely sure of his death. Even then only she or her husband were allowed to go in. When he heard that his father had died, Mahdi returned to Baghdad to claim his inheritance and Rita told him about the key to the special store. The young couple then went to open the store. They found themselves in a vast and cavernous vaulted chamber in which were laid out the bodies of all the members of the family of Ali whom he had executed, no doubt well mummified in the dry Mesopotamian air. There were a large number of all ages, from infants to old men. In the ear of each corpse was a label, carefully inscribed with the name and geneology of the victim. Why the dead caliph had preserved this macabre collection is not all clear. Perhaps he wanted to remind himself that these potential challengers to his throne really were dead, or perhaps he could not come up with a way of burying them without the danger of their tombs become centres of popular devotion. Mahdi, who hoped to be able to heal the rift with the Alids (the direct descendants of Ali and Fatimah, and hence of Muhammad himself) was horrified by what he saw. He ordered that the corpses be removed secetly and buried in a common grave and a shop was constructed over the site.

RIWAYAT HIDUP HABIB HASSAN (SYED HASSAN BIN SYED MUHAMMAD BARAKBAH)

Hakim Melayu Zaman Pemerintahan Sultan Abdul Hamid Halim Shah Kedah

Syed Hassan bin Syed Muhammad bin Syed Ali bin Syed Alwi bin Syed Ali bin Syed Hussein Barakbah dilahirkan di Madura sekitar tahun 1868. Ayahnda beliau Syed Muhammad bin Syed Ali Barakbah tinggal didua kota ; Palembang dan Surabaya/Sumenep. Bonda Syed Hassan iaitu Nafisah meninggal dunia semasa umurnya 8 tahun. Sewaktu itu Syed Muhammad berada diPalembang. Sebelum beliau meninggal, Syed Muhammad telah berpesan kepada anak sulongnya Syed Othman supaya pergi ke Madura untuk mengambil adiknya Syed Hassan dan membawa pulang ke Palembang, hidup bersama keluarganya disana. Syed Muhammad mempunyai 3 orang anak lelaki: Othman, Hassan dan Hussin aka Kassim, dan 4 orang anak perempuan : Rogayah (berkahwin dengan Sagaff bin Ahmad Shahab), Alawiyah (berkahwin dengan Zain bin Abdullah al Hadi), Noor (berkahwin dengan Muhammad al Kaff) dan Sidah. Perbezaan umur antara Othman dan Hassan adalah 20 tahun. Pada tahun 1878 Syed Othman bersama-sama adiknya Syed Hassan berhijrah ke Kedah. Semasa itu sudah ada keluarga Alawiyin yang menetap diKedah , walaupun tidak begitu besar bilangannya: Jamalullail, Shahabudin, al Qadri, al Yahaya, al Jufri dan lain2 lagi. Syed Hassan dibesarkan oleh kakak angkat beliau iaitu Tunku Saadah adik ipar Sultan Abdul Hamid. (Anaknda Tunku Saadah , Tunku Ismail bin Tunku Zainal Abidin berkahwin dengan Tunku Noor bt Sultan Abdul Hamid Halim Shah). Beliau belajar di Sekolah Melayu diKota Star dan pada waktu yang sama berkerja sambilan sebagai 'ticket conductor' di Kuala Kedah untuk menampung kos persekolahannya. Sekolah Melayu yang terawal didirikan atas initiatif orang tempatan dan bukan oleh British. Menurut sejarawan Dato' Wan Shamsuddin, terdapat 4 buah sekolah Melayu paling awal diKedah ia itu Sekolah Melayu Padang Lepai yang dibuka pada 12 Mei 1861 di daerah Kota Star (ditubuhkan oleh Almarhum Sultan Ahmad Tajuddin Mukarram Shah), diikuti Sekolah Melayu Changlon daerah Kubang Pasu (1892) Sekolah Melayu Kulim (1896) dan Sekolah melayu Jalan Baru daerah Kota Star (1897). Menurut anaknda Syed Hassan iaitu Tan Sri Syed Agil Barakbah, semasa bertugas didalam Kedah Civil Service, Syed Hassan belajar separuh masa diMadrasah al Hamidiah di Limbong Kapal dibawah tunjuk ajar Sheikhul Islam Wan Sulaiman Wan Sidik.

Isteri pertama beliau ialah Sharifah Noor bt Syed Sheh al Yahya. Syed Sheh berasal dari Palembang dan berhijrah keKedah sekitar tahun 1890an. Beliau telah bernikah dengan balu Wan Mohd Saman (Perdana Menteri Kedah) iaitu Wan Kamaliah bt Wan Mohd Akib bin Dato' Seri Paduka Laksamana. Dengan Sharifah Noor beliau mendapat lapan orang anak:

1. Syed Ahmad berkahwin dengan Sharifah Sa'adiah Zain Shahabuddin 11 orang anak: Syed Osman, Syed Zubir, Sharifah Sham, Syed Hussein, Syed Mahazir, Syed Hassan, Sharifah Pok, Syed Hamzah, Sharifah Faridah, Sharifah Aminah, Sharifah Asma dan Syed Harun.

2. Syed Muhammad berkahwin dengan Sharifah Rogayah alQadri, 1 anak lelaki dan 4 anak perempuan.

3. Syed Ali berkahwin dengan Sharifah Rokiah Ahmad alJefri. anak: Syed Shahabuddin, Sharifah Zawiyah dan Sharifah Sepora.

4. Syed Alwi berkahwin dengan Sharifah Maharom dan Sharifah Chik. Anak:Syed Jaafar, SyedOmar, Syed Abu Bakar, Syed Hassan, Sharifah Aishah dan Sharifah Rodziah,Tun.

5. Syed Zain berkahwin dengan Sharifah Rokiah dan Mak Jam. Anak: Syed Noh, Sharifah Fatimah, Syed Salleh, Syed Hood,Sharifah Zamrud.

6. Sharifah Mastura

7. Sharifah Mahani

8. Syed Sheh,Tun berkahwin dengan Sharifah Fatimah Syed Ahmad alJefri. Anak: Syed Farouk, Syed Feisol, Syed Faozi, Syed Fakhri Dato', Sharifah Faizah dan Sharifah Faridah.

Isteri kedua beliau Chek Sawi tidak mempunyai zuriat. Setelah Sharifah Noor meninggal dunia Syed Hassan berkahwin dengan Sharifah Salmah bt Syed Hashim al Yahya sekitar tahun 1910/11. Pada masa itu beliau sudah pun memegang jawatan Hakim Melayu. Beliau bertemu Sharifah Salmah diMahkamah semasa kes tuntutan anak oleh Syed Hashim alYahya dari bekas isterinya. Syed Hashim yang tinggal diArab Saudi telah datang ke Kedah untuk mengambil anaknya Sharifah Salmah pulang ke Tanah Arab.Pada masa itu Syed Hassan menjadi hakim pada kes ini dan meluluskan penjagaan anak Syed Hashim kepada bekas isteri nya. Beberapa bulan kemudiannya beliau bernikah dengan Sharifah Salmah. Dengan Sharifah Salmah beliau telah mendapat 11 orang anak.

9. Sharifah Mariam , berkahwin dengan Syed Othman Barakbah.

10.Sharifah Zaharah, berkahwin dengan Syed Salim Barakbah. Anak: Syed Hamzah, Syed Khalid, Sharifah Rafeah,Sharifah Shifak, Sharifah Rahmah, Sharifah Aziah, Sharifah Zaiton, Sharifah Noor, Syed Mohsin dan Syed Azizan.

11. Sharifah Sofiah, berkahwin dengan Syed Alwi alKaff

12. Sharifah Soleha, berkahwin dengan Syed Alwi Barakbah. Anak: Sharifah Latifah, Syed Salim, Sharifah Roshada, Syed Annuar, Sharifah Mariam, Syed Abdullah, Sharifah Anizah, Syed Zainal Rashid, Sharifah Shahrizat dan Sharifah Shahiran.

13.Sharifah Hashimah, berkahwin dengan Syed Abu Bakar al Idrus

14. Sharifah Rashidah, berkahwin dengan Syed Ahmad alKaff

15. Sharifah Maznah, berkahwin dengan Syed Ahmad Barakbah. Anak:Syed Abu Bakar,Dato', Syed Feisol, Sharifah Hindun, Sharifah Mahani, Sharifah Loklok, Sharifah Mushida, Sharifah Munirah, Sharifah Noriah, Sharifah Asma, Syed Shahar, Syed Mokhtar, Sharifah Husna, Syed Husni, Syed Sobri, Syed Nazri dan Sharifah Adila.

16. Sharifah Nafisah, berkahwin dengan Syed Osman alKaff. Anak: Syed Ahmad, Sharifah Fawziah, Sharifah Faizah, Sharifah faridah, Syed Mahadi, Syed Iskandar, Syed Mohd Anis, Sharifah Fazlina, Sharifah Arpah dan Sharifah Khatijah.

17. Syed Agil, Tan Sri, berkahwin dengan Sharifah Maznah Abu Bakar alKaff. Anak: Sharifah Anisah,Datin, Syed Azhar, Sharifah Mariam, Sharifah Munirah, Sharifah Hafizah, Syed Hidzir, Syed Anas, Sharifah Suffiah dan Syed Hassan.

18. Syed Hashim, berkahwin dengan Sharifah Mahani. Anak: Syed Tahir dan Syed Saad.

19. Syed Idrus, berkahwin dengan Sharifah Hasnah bt Syed Salim alQadri. Anak: Syed Mohd Haris, Syed Hamdan dan Sharifah Noorzihan.

Diantara tugas2 diluar bidang penghakiman yang telah disandang ialah sebagai ahli Majlis State Council yang telah dipengerusikan oleh YTM Tunku Mahmud sebagai Presiden, khusus untuk pengelolaan pembinaan Masjid Zahir, Ahli2 yang lain termasuk Tunku Ibrahim, Muhamad Ariffin bin Muhammad Arshad (Setiausaha Kerajaan) W.G. Maxwell (Penasihat British) dan G.Gorman (Jurutera Negeri).

Masjid Zahir yang lebih dikenali dengan nama Masjid Raja dibuka dengan rasminya oleh Baginda Sultan Abdul Hamid Halim Shah pada tahun 1915.

Menurut cerita Dato' Syed Abu Bakar bin Syed Ahmad Barakbah (cucu Shed Hassan Barakbah), pada tahun 1920an dan seterusnya, Syed Hassan telah menjemput beberapa orang keluarga dari Palembang datang untuk menetap diKedah. Syed Abdullah bin Syed Alwee Barakbah, anak saudara Syed Hassan datang berlima, isterinya Sharifah Aishah, ibunya Sharifah Maimunah, Sharifah Halimah adik kepada Sharifah Aishah dan dua orang anak Syed Abdullah iaitu Syed Ahmad dan Syed Alwi.

Syed Alwi bin Syed Abdullah berkahwin dengan Sharifah Soleha bt Syed Hassan manakala Syed Ahmad bin Syed Abdullah pula berkahwin dengan Sharifah Maznah bt Syed Hassan.

Anak Syed Othman(abang Syed Hassan), bernama Syed Ibrahim yang telah dibesarkan diPalembang ikut sama berhijrah ke Kedah, diikuti dengan anaknya Syed Abdul Rahman sekeluarga yang bermaustatim diBanjarmasin. Syed Salim bin Syed Ibrahim telah dikahwinkan dengan Sharifah Zaharah bt Syed Hassan.Anak2 perempuan Syed Hassan yang lain, yang telah dikahwinkan dengan keluarga Alawiyin Palembang termasuk: Sharifah Sofiah berkahwin dengan Syed Alwi alKaff, Sharifah Rashidah berkahwin dengan Syed Ahmad alKaff, Sharifah Nafisah berkahwin dengan Syed Osman alKaff dan Sharifah Hashimah berkahwin dengan Syed Abu Bakar alIdrus.

Syed Hassan Bin Syed Muhammad Barakbah meninggal dunia di Pulau Pinang pada tahun 1931 dan dikebumikan di Perkuburan Islam Bayan Lepas.

Lelehur Syed Hassan Barakbah yang berhijrah ke Nusantara dari Tarim Yaman ialah Syed Hussein bin Syed

Ahmad bin Syed Abdurrahman bin Syed Ahmad bin Syed Abdurrahman bin Syed Umar bin Syed Abdurrahman bin al Imam Umar Barakbah bin Syed Ahmad al Aksah bin Syed Muhammad bin Syed Abdullah ba Alawi bin Syed Alwi al Ghayur bin al Imam Muhammad al Faqih al Muqaddam bin al Imam Ali bin al Imam Muhammad Shohib Mirbat bin al Imam Ali Khol Qasam bin al Imam Alwi bin al Imam Ubaidillah bin al Imam Ahmad al Muhajir bin Imam Isa arRumi bin al Imam Muhammad anNaqib bin al Imam Ali al Uraidhi bin al Imam Ja'far as Sadiq bin al Imam Muhammad al Baqir bin al Imam Ali Zainal Abidin bin al Imam Husein bin al Imam Ali bin Abi Tholib dan Sayidatina Fatimah azZahra bt Saidina Muhammad Shallallahu alaihiwassalam.

Mengikut catatan manaqib al habib Hussein bin Ahmad Barakbah "Penyebar Agama Islam di Kota Jambi" terbitan Rabithah Alawiyah cabang Jambi 1010, al Habib Hussein Barakbah meninggalkan kota Tarim menuju ke India bersama abangnya yang bernama al Habib Zain bin Ahmad Barakbah. Mereka berdakwah dibeberapa tempat di India, kemudian Habib Hussein melanjutkan perjalanannya ke Indonesia.Beliau menjijakkan kakinya di tanah Aceh dahulu kemudian menuju ke Palembang, Disana diterima baik di lingkungan keraton Sultan dan dihormati sebagai ulama keraton. Cukup lama Habib Hussein menetap di kota Palembang dan beliau telah berkahwin dengan anak pembesar kesultanan Palembang. Hal ini dapat dimaklumi dan juga dibuktikan dengan penganugerahan gelaran Pangeran kepada cucu beliau iaitu Habib Qassim bin Habib Ali bin Habib Hussein Barakbah oleh Seri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikromo.

Setelah berada diPalembang selama 20 tahun Syed Hussein Barakbah berpindah ke kota Jambi dan menyebar agama Islam selama 35 tahun. Di Jambi beliau telah berkahwin dengan anak saudagar keturunan Cina yang tinggal ditengah keluarga istana yang bernama Nyai Resek bt Datuk Sintai. Beliau juga berdakwah ke Kepulauan Riau, dan mempunyai hubungan yang rapat dengan kesultanan Siak. Salah seoran anaknya yang bernama Syed Sya'ban telah berkahwin dengan adinda Sultan Syarif Ali Jalil Syafuddin, Sultan Siak yang keVII yang bernama Tengku Long Tieh bt Usman bin Abdurrahman Syahab.

Syed Hussein Bin Syed Ahmad Barakbah meninggal dunia pada tahun 1760 dan dikebumikan di Pemakaman Tambak kelurahan Tahtul yaman, kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Maqam beliau dikenal sebagai maqam Keramat Tambak.

Minggu, 07 November 2010

ini kisah nyata

cerita ini pernah saya alami dua kali.

tapi ini salah satunya saja yang saya publish. semoga menyemangati.

Saya punya seorang teman baik, dan kami sama sama berprofesi sebagai illustrator dan desainer grafis. Teman ku ini tertarik saat melihat beberapa karya desain saya, dan berniat mempromosikan saya dengan menunjukkan karya2 desain yang menurut saya paling baik kepada bosnya. jadilah saya tadi pagi, mengirimkan curiiculum vitae saya kepada temanku yang baik tadi. dia mau bersusah2 nge print cv dan portofolio yang saya kirim lewat email agar saya tidak perlu ber susah susah mengantrkanya ke Glodok ( kantor nya ).


beberapa jam setelah pengiriman e-mail itu, hp saya berdering. nomor nya tidak saya kenali. Saya angkat, dan berbicara.

Ternyata yang berbicara diujung sana adalah bosnya temen saya tadi.

Suara itu mengaku sangat tertarik dengan hasil desain dan illustrasi yang saya bikin.( tentu aja saya jadi GeEr dan seneng ampun ampunan. apalagi waktu denger gaji bulanan yang akan ditawarkan kepada saya ).

jadilah saya senyum senyum sambil tetap berbicara di telpon.sambil dalam hati bilang alhamdulillah berkali2.

beberapa pertanyaan dilontarkan pada saya.

dimana rumah saya

sanggup kerja tim atau tidak

dan pertanyaan pertanyaan lainnya.


semua pertanyaan terjawab dengan baik oleh saya, kecuali saat pertanyaan ini terlontar

" Apakah kamu menggunakan jilbab ? "

saya menjawab, masih tenang " ooh..tentu saja, kebeltulan saya seorang muslim "

suara di seberang sana bicara " Dikarenakan pakaian kamu tidak umum, kami meminta Anda berpakain seperti orang -orang pada umunya. Bisakah Anda melepas jilbab Anda untuk bisa bekerja di kantor Saya ? "


oooh ..tuhann semesta alamm.. pertanyaan apa ini ? aku tak pernah mendengarnya sebelumnya kecuali di berita berita koran dan kabar burung. Pertanyaan ini kudengar langsung di telingaku sendiri, hari ini.


aku yakin, kurang dari 3 detik, tegas aku jawab " oh maaf pak, permintaan itu sangat tidak bisa saya penuhi, ini adalah hal prinsip "

suara disana bicara lagi " oooh..kalau begitu saya mohon maaf ..."


belum selesai suara itu bicara, saya angkat bicara " ooh tidak apa apa pak, nanti saya akan cari kantor lain"

terdengar suara suara yang tidak tertangkap oleh saya apa maknanya.

sepertinya suara itu tidak mau bicara lagi. maka saya tutuplah telepon itu setelah saya ucapkan terimakasih kepada suara diujung sana.


entah mengapa saya tidak merasa kecewa. Saya hanya heran,mengapa bisa begini. mengapa jalan pikiran seseorang bisa se dangkal itu. itulah yang saya rasa.


cerita cerita dari teman teman ternyata nyata.

cerita tentang guru bahasa inggris di daerah sunter yang dipecat karena tidak mau melepas jilbabnya saat mengajar.

cerita tentang seorang muslim Amerika yang mendapat diskriminasi .

cerita tentang saudara2 muslim di uighur, gaza, bosnia, yang dibantai karena muslim.



tentunya cerita yang saya alami belum ada apa apanya dibanding dengan diskriminasi yang sebut diatas.

satu hal yang bisa saya petik.


kita, muslim, hidup tidak mudah.

semuanya adalah pengorbanan , semua ada pilihan, dan semua itu bukanlah hal yang ringan.

karena pilihan, harus ada yang dikorbankan. harus ada yang lebih kita pilih dan kita tinggalkan.

saat pilihan itu adalah tepat, maka tenanglah kita dan insyaAllah kita akan mati bersama pilihan kita .

islam adalah jalan kita. Allah adalah pilihan tertinggi.

semoga semua pilihan ini tercatat sebagai satu kebaikan yang akan kita persembahkan saat berjumpa dengan Nya.

amiin.